Daftar Isi: [Sembunyikan] [Tampilkan]

Sahabat Pendidikan – Tjut Nyak Dhien dalam masa pengasingannya tahun 1906-1908 wanita yang lahir pada tahun 1848 ketika dalam masa pembuangan lebih dikenal oleh masarakat dengan sebutan “Ibu Prabu/Ratu dan Ibu Suci” dan tidak mengenal sebagai seorang Tjut Nyak Dhien.

Dalam masa pembuangan tersebut atas kebijakan Bupati Sumedang saat itu Pangeran Aria Soeria Koesoemah Atmadja.

Makamnya terletak dikomlék pemakaman pengagung dan keturunan ningrat Sumedang, dan rumahnya dekat dengan Masjid Agung Sumedang.

Tidak ditempatkan di penjara sebagaimana perintah Belanda tetapi ditempatkan di suatu rumah milik penduduk, dalam keseharian beliau mengajarkan mengaji dan bahasa Arab ke penduduk sekitar.

Dan pada tahun 1959 Pemerintah Aceh baru menemukan lokasi makam Njut Nyak Dhien setelah melakukan pencarian dan pencocokan dokumen dari pihak Belanda lalu melakukan pencarian ke Sumedang.

Biografi Pahlawan Nasional Aceh : CUT NYAK DHIEN (Serial Pahlawan  Indonesia) | Glory Travel & Tours

Profil Singkat Tjut Nyak Tjut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI Mukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau. Datuk Makhudum Sati merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta yang merupakan perwakilan Kesultanan Aceh pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda di Pariaman. Datuk Makhudum Sati mungkin datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Sedangkan ibunya merupakan putri uleebalang Lampageu.

Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien adalah anak yang cantik. Ia memperoleh pendidikan pada bidang agama (yang dididik oleh orang tua ataupun guru agama) dan rumah tangga (memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya). Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orangtuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka memiliki satu anak laki-laki. (Wikipedia)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *