“Kalo pengen cerita telpon aku yah? ” Kata seorang gadis berjilbab moka memeluk pengantin wanita didepannya.

“Iyaaa, San. ” Jawabnya sesenggukan.

“Jangan sedih, nggak papa, ning, percaya deh dia orang baik kok, aku kan udah mata-matain dia! “

“Bukan gitu, San, aku takut! “

“Jangan takut, dibilang dia baik! ” Gadis bernama Saniah itu melepas pelukannya, mencubit pipi pengantin bernama Nafisah itu.

“Aku takut, belum siap di unbox…!” Jeritnya dengan airmata bercucuran. Dengan sigap Saniah menutup mulut Nafisah sebelum menyelesaikan kalimatnya, matanya mendelik.

“Huss, jangan keras-keras, saru kalo ada yang denger!” Lirihnya

“Nanti kamu tidur sama aku aja yaa, San! “

“Ngawur ah kamu lama-lama. ” Katanya memukul bahu Nafisah yang masih merengek.

Nafisatul Ilmi, begitulah abah menamainya, seorang gadis lugu yang sangat ceria, heboh, dan panikan. Bersyukur dia punya pacar yang bisa terbilang dewasa, meskipun adakalanya mereka sama-sama berbuat konyol. Saniah, nama pacar kesayangan yang tak akan pernah meninggalkannya bahkan saat malam-malam Nafisah minta diantar ke kamar mandi. Jika ditinggal, dia akan menangis semalaman membuatnya begadang karena isakannya.

“Dia suamiku, tapi kamu kan pacarku! ” Rengeknya memeluk Saniah erat.

“Nduk… ” Sebuah suara wanita paruh baya membuat mereka gelagapan dan mulai berdiri menunduk di depan pintu.

“Dalem ummi.. ” Lirih mereka.

“Kok malah disini too, sana, Jalal nyariin tadi! “

Mereka berdua saling bersikutan, Saniah memberi aba kepada Nafisah agar segera pergi dari kamarnya, tapi dia malah mencengkeram erat pergelangan tangan Saniah.

“Nafisatul! ” Panggil Ummi dengan nada lebih tinggi, gadis itu kemudian lari tunggang langgang.

***

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *