“Nanti kalo aku kangen gimana? ” Katanya terbata-bata sambil sesenggukan.

“Ya kali kamu bakalan pergi selamanya, ning! ” Lirih Saniah dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kamu lo disana cuma seminggu, terus kesini lagi! ” Imbuhnya dengan air mata yang semakin deras diirngi dengan tangisan yang keras. Mereka berdua menangis seperti anak kecil yang akan berpisah.

“Udah-udah, kalian udah gedhe masih aja kaya anak kecil, Saniah juga, kamu kok jadi ikutan Nafisah kaya anak kecil sih! ” Kata ummi membuat mereka saling melepaskan pelukan.

Selama 19 tahun, baru kali ini mereka berpisah, sejak Saniah mulai diangkat anak oleh Kyai Fadholi, mereka mulai menjadi teman sejati, bagaimana tidak, saat itu dia belum mempunyai siapapun, kedua adiknya, Idris dan Yusuf belum lahir saat itu, jadilah mereka seperti dua saudara kembar, sekolah di satu SD yang sama, SMP, SMA, bahkan Universitas yang sama. Bukan hanya itu, baju lebaran mereka selalu kembar setiap tahunnya, bahkan sampai lebaran kemarin dua bulan sebelum Nafisah menikah.

Mereka sudah berumur 24 tahun, tapi begitulah keadaan Nafisah yang masih sangat manja seperti anak usia 17 tahun, sementara Saniah, dia jauh lebih dewasa dan sudah seperti kakak bagi Nafisah. Kakak yang selalu mengayomi adeknya, mengalah, menjaga, bahkan mengingatkan saat dia berbuat nyeleneh.

Setelah mengadakan perpisahan yang agak lebay mobil Alphard hitam itu melaju keluar gerbang, tinggal Saniah sendiri, abah dan ummi sudah masuk sejak tadi, bahkan hubungannya dan Nafisah jauh lebih intim daripada Nafisah dan kedua orangtuanya. Gadis berkerudung moka itu kemudian masuk dengan pelan, airmata mengalir deras membasahi jilbab, dia masuk kamar kemudian mengunci pintu, menyalakan murottal Surah Maryam kesukaannya dengan sangat keras. Disana dia menangis sejadi-jadinya, sampai tak sadar terlelap.

Siapa yang tahu bagaimana perasaan yatim piatu ini, apa yang dia rasakan sebenarnya, apakah sedih ditinggal saudara angkatnya, atau ada hal lain yang membuatnya sesedih itu, dia sama sekali tak pernah menangis sekeras ini sebelumnya.

***

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *