
Bonus….
“Sanii… Saniii.. Bagaimanakah kabarmu baik-baik saja, sanii.. Sanii.. ” Gus Say berjalan menenteng dua ember lele dengan wajah berseri sambil menyanyikan lagu lawas BCL berjudul “Sani”
“Ngawur sampean, Gus, Nanti kalau Gus Idris dengar habis sampean! ” Bisik seorang santri berpeci putih dengan kaos hitam yang dimasukkan ke sarung.
“Enggak, San, Hasan, aku lagi bahagia ini! “
“Ya nggak harus nyanyi itu juga, kan! “
“La wong aku bahagianya gara-gara yang namanya Sani kok!” Jawabnya cengengesan.
“Plak! ” Sebuah pukulan mendarat di punggungnya.
Dua lelaki itu menoleh kebelakang, ternyata Idris sudah berdiri dengan muka penuh amarah. Gus Say yang menyadari itu menjatuhkan dua ember lele dan berlari secepat kilat. Sementara Idris tak mau melepaskan lelaki yang telah menggoda kakaknya itu.
“Kalo nggak mau ngajak aku keluar, nanti tak bilangin Abah! ” Ancam Idris yang sudah mencengkeram kuat kaos putih kebangsaan Gus Say itu.
“Sama aja nanti kalo kita ketahuan, ditakzir Abah nanti, Gus! ” Katanya merengek.
“Ya terserah, kalo mau beneran tak laporin! ” Kemudian ia melepas cengkeraman dan berbalik.
“Oke… ” Teriak Gus Say, Idris berbalik memeluknya.
“Mambu lele! ” Katanya kemudian mendorong tubuh Gus Say sampai terjungkal. Mereka berdua kembali berkejaran seperti anak-anak.
Gus Say terpaksa menuruti titah putra gurunya itu, jika tidak, dia akan bilang ke Abah kalau Gus Say menyukai kakak kesayangannya, dengan begitu Abah pasti akan menyuruh Saniah mondok ke tempat lain, dengan begitu, sudah pasti dia tak akan pernah bisa melihat pujaan hatinya itu.
Abah sangat menjaga putri-putrinya, dia tahu betul Gus Say masih belum bisa diberikan amanah besar, apalagi sebuah keluarga. Meskipun pada akhirnya hubungannya akan direstui, Abah akan mengulur waktu dan menjauhkan mereka agar tidak bertemu, demi menjaga putri kesayangannya. Sebagaimana dulu seorang santri ketahuan menyukai Nafisah, hingga diam-diam mencuri kemeja milik Ningnya, tak berpikir panjang, Abah langsung memindahkannya ke cabang lain yang jauh dari sana. Tentu abah tak akan pernah mengeluarkannya, karena prinsip kyai Fadholi, orangtua yang memondokkan anaknya itu ingin mereka menjadi anak yang lebih baik, jika karena kesalahannya mereka justru dikeluarkan maka bagaimana nanti harapan orangtua mereka menjadi sia-sia. Kecuali kesalahan yang sudah tidak bisa ditolerir tentunya.
Happy Reading